Medan Perang Kamu, Kalian, Aku, & Kita

— our life touch each other in a very unique way. Well, life always has a way to teach us!

Isu Palestina vs Israel akhir-akhir ini sedang panas (bukan sekedar hangat lagi!). Banyak berita bertebaran bahwa kita harus memboikot produk-produk zionisme seperti Nestle, Unilever, Starbucks, Facebook, Google dsb *aww! I don’t think I can*. Di depan masjid kampusku pun tak tanggung-tanggung baligho gede (sebenernya yg namanya baligho pasti gede sie..) berisikan daftar produk yang harus diboikot dipasang. Tiap minggu ada organisasi islam yang rajin mengangkat isu palestina & berdemo di Gedung Sate. Kajian tiba-tiba menjamur. Banyak email masuk menceritakan kekejaman bin kebiadaban Israel, betapa menderitanya sodara-sodara kita di sana, memberi daftar produk. Tak sedikit  pula IM yang menyatakan kita harus membaca ayat-ayat tertentu untuk membantu mereka di sana, mengecam kita jika kita tidak berbuat apapun demi mereka. SMS tak mau kalah ikut menyumbang peran.

semoga ga lebay

semoga ga lebay

Well, semua orang punya pendapat masing-masing. Begitu pula aku, dan aku pikir boikot bukanlah hal utama dalam menanggapi apa yang terjadi di Palestina.

Dalam pandanganku, hal utama dalam menanggapi & memaknai Palestina adalah cermin posisi kita sebagai sesama umat islam. Sejak mendengar berita tentang Palestina, aku selalu berpendapat,

Benar,, tiap orang memiliki medan jihadnya masing-masing.

Email dari seorang teman kosanku semakin menguatkan pendapatku ini *thank u, kom!*. Email tersebut bercerita mengenai beratnya hidup yang harus dijalani anak-anak dan remaja di sana, cerita tersebut disusun dalam suatu prosa yang lugas dan menyentuh. Aku akan mengutip beberapa :

Aku senang, karena aku merasa sebagai pejuang, alias jagoan. Aku tak takut, bukankah anak Palestina lain juga tidak takut ?

Tuhan, perkenankan aku menjadi remaja, agar aku bisa berlari membawa bendera Palestina, berikat kepala, bolehlah juga bersenjata, apa adanya, melawan pasukan Israel  sampai tetes terakhir itu tiba.

Kalau kau berbaik hati Tuhan, ijinkan aku menjadi dewasa, agar aku mengikat keras bendera Palestina di tiang dan sisa bangunan menjulang ke angkasa. Kulekatkan ikat kepala, selekat jiwa dan raga, senjata, apapun bisa kuguna, melawan hingga gelora di dada sirna bersamaan dengan hembusan nafas yang tersisa.

Aku anak Palestina, selamanya Palestina, darahku, merahnya Palestina..

Wuuihh..! Keren. That was d first word that came to my mind after reading that. Inilah kawan yang harus kita sadari,

Betapa bahagia mereka memiliki suatu medan jihad (& medan perang) nyata untuk berbakti kepada agamanya.

Betapa bahagia mereka yang di tiap hembusan nafasnya selalu mengingat Allah.

Bandingkan dengan diri sendiri yang masih tidak memiliki tujuan yang nyata, yang masih tidak mengerti mana & apa medan jihadnya. Diri sendiri yang masih terlena oleh semua kenyamanan hingga melalaikan Allah.

Bayangkan, saat aku sedang bersantai membuka internet, bercengkrama dengan kawan, menikmati santapan yang terhidang, bahkan berleha-leha.. Mereka di sana sedang berjuang mempertaruhkan nyawa. Alangkah tololnya aku jika tidak menyadari nikmat waktu dan kesempatan yang telah diberikan Allah!

Ya, medan jihad mereka adalah bertempur mempertahankan diri, keluarga, agama, dan tanah Palestina mereka.

Sedangkan medan jihadku (seharusnya) adalah belajar dan mengembangkan ilmu.. daaann planologi adalah bidang yang kupilih.

Setiap orang memiliki medan jihadnya masing-masing. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing (Yaa, sama seperti bagaimana setiap orang memiliki rezeki dan jodohnya masing-masing *lhooo??*)

Perang Palestina mengajarkanku hal ini. Mungkin terlambat, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.

Ayoo, ayoo! Sudahkah aku, kamu, kita, kalian berbuat yang terbaik di medan jihad masing-masing?? (Eh, tapi teteep, doain juga sodara-sodara kita di sono itu..)

5 pemikiran pada “Medan Perang Kamu, Kalian, Aku, & Kita

  1. Iya Danar..

    Tulisan kamu kali ini bisa membuka lebar cakrawalaku dalam memahami sesuatu..

    Mungkin di sini istilahnya berbeda namun aku hanya melakukan yang terbaik yang aku bisa sekarang..

    Berjihad di bidang pendidikan dan juga mempertahankan hidup dengan mencari pekerjaan sambilan…

    —————————————–

    weew..
    tiba”aq mrinding sendiri baca tulisanq…………
    bbbrrrrrrrrrrrrrrrr……..
    wes,semangat ae lah!
    Maju terus pantang munduurrr!!

    Balas
  2. good post, buk!keep it!
    jadi ada dua hal yang harus kita (gw) lakukan: keep up di medan jihad kita masing2, dan tetep harus peduli dengan sodara2 kita di palestina. dan apakah boikot salah satunya?
    susah sih bo’ kalo maw ngeboikot produk2 tsb.perumpamaannya si, kayak maw mencopot kulit dari tubuh kita *bener ga si, kok berasa serem :(* yaa..whateverlah.
    tapi boikot tuh banyak manpaatnya loh.kalo ga percaya,simak aja kampanye GERINDRA.hakhakhak *tidak bermaksud berkampanye*

    ——————-

    perumpamaanmu koq terasa lebay ya..
    apa kaitan boikot dg partai g**ndr*?
    aku ga dapet siaran tivi lokal (& nasional) nie, jadi ga tau iklan

    Balas
  3. hematkuw sih jangan memandang masalah dengan satu sisi aja
    coz IMO ada beberapa event seperti Hamas nyerang ISrael tapi Israel hanya diem aja,tapi dengan didiemin aja kok malah makin meraja lela,so seperti pepatah “don’t poke the Hornet nest” -quote from Oda Nobunaga while ambushing Ieyashu –

    mungkin karena kemarahan Israel yang udah dipendem selama ini mekanya dia nyerang palestina

    berikutnya adalah kepentingan negara2 arab lainnya,sebab mereka cuma berkoar doang n just talking shit only dude,there is no real action
    kepentingan yang dimaksud adalah dikarenakan harga minyak dunia turun karena produksi yang melimpah,jadi mereka sengaja membiarkan saja ada perang padahal mereka sebenarnya mampu mencegahnya -dengan harapan penggunaan minyak sebagai BBM dan lain sebagainya dalam perang meningkat sehingga salah satu negara tersbut jadi “kecanduan” akan bahan bakar perang lalu harga minyak akan merangkak naik-

    sekali lagi disini coment netral tidak memihak

    Balas
  4. tiap orang memiliki medan jihadnya masing-masing.

    Bener, setuju… Kita berjuang merencakan sebuah kota ato wilayah untuk rakyat kecil itu juga jihad untuk planner. Kita berjuang habis2an mempertahankan pendapat kita untuk rakyat kecil yang tertindas penguasa, itu juga jihad.

    ————————————

    weheeee, subhanallah, adekku.. 😮
    Semangat!!! p(^^)q,
    Berencana mjadi planner as facilitator atw advocate nie?
    perpol & perpar seru lho utk diplajari utk mpkuat pmahaman ttg peran”planner 😀
    Buat sharing pdapat, coba baca ini juga deh, sop : what it means to be a planner

    Balas
  5. hmm,, hehe.. itulah jadinya jika MANUSIA lebih mementingkan agamanya dari pada TUHANYA sendiri… kalo kita teliti lebih dalam dan dalam lagi semua itu adalah permainan sekolompok orang yang sekarang yang sedang tertawa melihat kedua negara itu menjadi boneka mereka.. (kalo mau tak jelaskan monggo di sundul ym chatnya) nyahaha…

    yang penting sekarang sudah kah aku, kamu, anda , sampeyan, kalian, semuuanya dhe.. berbuat yang terbaik untuk diri dan lingkungan sekitar anda..

    Balas

Tinggalkan komentar